Thursday, October 04, 2012
Catatanku siang ini
Pagi itu aku duduk didepan rumah tua itu, aku melihat anakku berlari kesana kemari mencari dan memanggil sosok nenek dan kakek yang memang jarang ia temui di rumahnya. Aku melihat sekeliling rumah tua itu, ada rindu yang sangat besar, ada memori yang sangat indah, ada tawa yang sangat renyah dan ada tangis yang menetes dipipi.
Dulu aku selalu mendengarkan satu dua melodi lagu ditelingaku di kamar itu, aku selalu menyanyi di ruangan itu, bersujud dan menangis tersedu di mushola kecil itu. Entah lah aku selalu menyimpan setiap memori kecil yang aku rasakan disana.
Rumah itu memang rumahku, tempat aku kembali ketika aku tersakiti, tempat aku kembali ketika aku bahagia , tempat aku kembali kepangkuan ibu dan bapakku. Aku selau berpikir kenapa Tuhan tidak memberiku jalan agar aku tetap dirumah itu. Tapi malam ini aku tau jawabannya , Tuhan mengajarkanku menghargai setiap episode kehidupanku, menghargai sekecil apapun nikmat yang aku dapat disana, mengajarkanku untuk menjadi sosok yang kuat.
Kini aku seperti bunga dandelion
""Aku ingin seperti dandelion, yang mampu tumbuh dan berkembang dimanapun angin akan meninggalkannya, mampu memberikan kehidupan baru ditempat yang baru""
Kata-kata itu yang aku temukan disudut dunia maya itu, aku akan terbang kemana angin membawaku dan akan selalu kembali ke rumah tua itu.
Akupun menemukan satu cerita indah mengenai bunga dandelion, aku hanya ingin berbagi dengan adik-adikku ketika aku terbang mengikuti angin, ada kepasrahan dan keihlasan . kepasrahan terhadap angin yang menerbangkan ku mencerminkan ketaatan kepada Sang Pencipta untuk menjalani siklus kehidupannya yang tak mudah dengan hati penuh rasa keikhlas.:)
Bunga yang sering dijuluki orang-orang dengan sebutan bunga mungil bertopi putih, terlihat sangat lemah bila digoyangkan oleh angin, tapi ia masih tetap berusaha menjadi tegar dan kuat melawan terpaan angin yang seolah-olah akan mencabutnya dari tempat ia berdiri. Dan jika ia memang harus diterbangkan oleh sang angin, ia rela dan dia tidak akan bersedih. Karena ia tahu meskipun diterbangkan oleh angin dan tak tahu kemana arah terbangnya, dia juga tidak takut jika nantinya setelah deterbangkan oleh sang angin ia harus tertinggal ditanah yang gersang, di tepi jalan berbatu, bahkan dihimpit semak berduri, dia tetap tegar dan mencari setitik celah dan berjuang untuk tetap hidup.
Dandelion mampu bertahan dalam segala cobaan. Walaupun bentuknya tidak seindah mawar merah,mungkin tidak harum seperti bunga melati, Tapi Dandelion dengan tangkai kecilnya yang sederhana. mampu memberikan banyak arti dalam kehidupan ini. Bisa memberikan kehidupan baru. Serta saat dia disandingkan dengan ilalang jalanan yang sangat jarang dapat melihat dan menyadari keberadaannya juga tidak membuat nya sedih, karena ia memang bagian dari itu. Dia tak pernah berhenti berusaha.
Dandelion sosok kuat meskipun tampak rapuh, tapi memiliki semangat yang hebat dalam memcari kehidupan baru di luar sana. Mampu terbang tinggi, menjelajah luas menentang angin, sampai akhirnya mendarat di tempat baru kemudian tumbuh menjadi jiwa yang baru. Tujuan hidupnya hanya satu. Setelah dia terbang melintasi jagad raya, meniti kehidupan yang penuh kesulitan, suatu hari nanti, sejauh apapun dia telah pergi, dia akan kembali, dia akan kembali lagi ketempat dimana dia berasal.
"The Story of Dandelion"
Di suatu sudut pekarangan rumah yang tidak istimewa, hiduplah ibu dandelion. Udara siang yang hangat diiringi kicauan burung yang sesekali terdengar, menentramkan setiap relung hati yang mencari ketenangan jiwa. Rumput-rumput menyibakkan keharumannya yang khas.
Ibu dandelion tampak bahagia. Anak-anaknya yang masih halus terlihat menggelantung pada kelopaknya yang khas. Hempasan angin menerbangkan anak-anaknya, hingga tersisa sejentik halus satu anaknya. Anak dandelion ini berusaha menggenggam erat-erat ibunya, melawan hempasan angin yang ingin menerbangkannya.
Ibu dandelion heran dan bertanya, “Mengapa engkau tetap bertahan di sini, nak?” “Aku tidak ingin meninggalkan ibu,” anak dandelion bergumam, “nanti ibu kesepian, sendirian di pekarangan ini.”
Ibu dandelion tersenyum dan berkata, “Ibu tidak apa-apa. Pergilah, terbanglah jauh ke angkasa, lihatlah dunia yang luas ini, nak…”
“Tidak!”, anak dandelion bersikukuh.
Ibu dandelion kemudian bercerita, “Dulu sewaktu kecil, ibu tinggal di padang rumput yang luas. Angin menerbangkan kami semua. Ada yang hanya terbang sedikit dan jatuh masih di padang rumput, ada yang terbang jauh melewati gunung dan tiba di rimba raya, ada yang menyusuri sungai dan sampai di petak sawah, ada yang hinggap di sayap burung dan terbawa hingga ke negeri nun jauh di sana…” Terhenti sejenak, sambil tersenyum ibu dandelion menambahkan, “Ibu sendiri terbang jauh sekali dan jatuh di pekarangan rumah ini.”
Anak dandelion agak terkesima mendengar penuturan ibunya. “Ibu terbang tinggi sekali, melewati hamparan padang rumput luas yang seakan menyatu dengan cakrawala. Atap-atap rumah tampak kecil di kejauhan. Malam hari, bintang-bintang berkelip menemani perjalanan ibu,” sambil menarik nafas dalam dan memandang angkasa, ibu dandelion bergumam lagi, “perjalanan panjang itu akhirnya berakhir di pekarangan ini. Tapi, ibu tidak pernah menyesali apapun. Ibu bahagia dapat tumbuh di tempat baru ini, pernah terbang melewati bentang alam nan luas, hingga sekarang memiliki anak-anak yang kemudian terbang jauh, masing-masing akan memiliki kisahnya tersendiri.”
“Terbanglah nak, ibu tidak apa-apa di sini. Lihatlah dunia yang luas ini.”
“Ibu…..!!!”
Angin menerbangkan si anak dandelion, jauh…jauh sekali.
“Pergilah nak…engkau akan tumbuh dewasa, engkau akan punya banyak kisah untuk diceritakan kelak,” bisik ibu dandelion dalam hati.
Angin lalu membawa anak dandelion pergi hingga tak tampak lagi, dan dari halaman rumah itu, sang ibu dandelion tersenyum bangga.
*Setiap jentik Dandelion mempunyai kisah yang berbeda, tapi tahukah kalian apa kesamaan mereka? Kemanapun angin akan membawa mereka, mereka akan tetap hidup, mereka akan menciptakan suatu kehidupan Dandelion baru. Gambaran kepasrahan Dandelion terhadap angin yang menerbangkannya, mencerminkan ketaatan kepada Sang Pencipta untuk menjalani siklus kehidupannya yang tak mudah dengan hati penuh ikhlas. :)
ulie
Jakarta, 04 Oktober 2012
Subscribe to:
Posts (Atom)